Kamis, 09 Juli 2020

SOP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

SOP TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM


A. PENGERTIAN :

Metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yg mengalami nyeri yang kronis. Rileks sempurna yg dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh dara perasaan cemas sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri

Ada tiga faktor yg utama dalam teknik relaksasi :

  1. Posisikan pasien dengan tepat sehingga klien merasa nyaman
  2. Pikiran beristirahat
  3. Lingkungan yg santai/tenang


B. TUJUAN :


  1. Untuk dapat menggurangi dan menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan
  2. Meningkatkan ventilasi alveoli
  3. Memelihara pertukaran gas
  4. Mencegah atelektasi paru 
  5. Meningkatkan efesiensi batuk
  6. Mengurangi stres baik fisik maupun emosional 


C. INDIKASI :


  1. Dilakukan untuk pasien yg mengalami nyeri kronis
  2. Untuk pasien yang sulit mengeluarkan sekret 


D. KONTRAINDIKASI:


  1. Hemoptisis atau pasien batuk darah 
  2. Pada pasien yang memiliki riwayat penyakit jantung
  3. Pada pasien serangan asam akut 
  4. Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang 
  5. Pada pasien sakit kepala atau pusing
  6. Pada pasien yang kelelahan 
  7. Pada pasien nyeri meningkat


E. PROSEDUR PELAKSANAAN :

Tahap Pra Interaksi :

  1. Menbaca mengenai status pasien
  2. Mencuci tangan
  3. Meyiapkan alat
  4. Tahap orientasi
  5. Mengucapkan salam teraupetik kepada pasien
  6. Validasi kondisi pasien saat ini
  7. Menjaga keamanan perivacy pasien
  8. Menjelaskan tujuan & prosedur yg akan dilakukan terhadap pasien & keluarga


Tahap Kerja :

  1. Memberi kesempatan kepada pasien untuk bertanya bila ada sesuatu yang kurang dipahami/jelas
  2. Atur posisi pasien agar rileks tanpa adanya beban fisik
  3. Instruksikan pasien untuk melakukan tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi udara
  4. Intruksikan pasien dengan cara perlahan & menghembuskan udara membiarkanya ke luar dari setiap bagian anggota tubuh, pada saat bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal yang indah dan merasakan betapa nikmatnya rasanya
  5. Instruksikan pasien buat bernafas dengan irama normal beberapa saat (1-2) menit
  6. Instruksikan pasien untuk kembali menarik nafas dalam, kemudian menghembuskan dengan cara perlahan & merasakan saat ini udara mulai mengalir dari tangan, kaki menuju keparu-paru seterusnya udara & rasakan udara mengalir keseluruh bagian anggota tubuh
  7. Minta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki & tangan, udara yg mengalir & merasakan ke luar dari ujung-ujung jari tangan & kaki & rasakan kehangatanya
  8. Instruksiakan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
  9. Setelah pasien mulai merasakan ketenangan, minta pasien untuk melakukan secara mandiri


Tahap Terminasi :

  1. Evaluasi hasil gerakan
  2. Lakukan kontrak untuk melakukan kegiatan selanjutnya
  3. Akhiri kegiatan dengan baik
  4. Cuci tangan

Senin, 22 Juni 2020

SP KOMUNIKASI TERAPEUTIK KELOMPOK KHUSUS ANAK USIA SEKOLAH

STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
KELOMPOK KHUSUS ANAK USIA SEKOLAH

1. Fase Orientasi

a. Memberi salam

“Selamat pagi adik-adik semua. Bagaimana kabar adik-adik hari ini?”
“Perkenalkan, kami kakak-kakak dari STIKES SERULINGMAS CILACAP. “
“Tak kenal maka tak sayang. Jadi, izinkan kakak untuk memperkenalkan diri kakak.”
“Disini ada Kak Fini, Kak Fitri, Kak Nilna, Kak Wuri, Kak Yuli, dan Kakak sendiri Kak Pandu”
“Ada yang tahu tujuan kakak datang kesini?, kakak kesini akan memberikan sedikit ilmu pengetahuan tentang langkah-langkah cuci tangan pakai sabun yang baik dan benar.”
“Bisa kita mulai sekarang ya adik-adik?”

b. Evaluasi dan Validasi 

“Bagaimana kabar adik-adik hari ini?”
“Ibu Guru Adik bilang, adik suka main kotor kotoran ya, terus jarang cuci tangan?”
Kontrak 
“Adik-adik pasti sudah tahu sekarang sedang dalam musim virus corona?. Jadi, Kakak-kakak disini akan mengajari adik-adik disini bagaimana cara cuci tangan yang baik dan benar.”
“Tujuannya supaya adik mengetahui pentingnya cuci tangan bagi kesehatan tubuh kita”
“Kira –kira berapa lama kita akan mengobrol?  1 jam saja cukup ya dik?”

2. Fase Kerja

“Pertama Kakak akan menjelaskan pengertian dari cuci tangan.”
“Mencuci tangan adalah salah satu tindakan kebersihan diri yaitu dengan membasahi dan membersihkan tangan menggunakan sabun dengan cara menggosok kedua telapak tangan dan punggung tangan dan membilasnya di bawah air mengalir, tujuannya untuk menghindari penyakit dan agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar hilang”
“Adik-adik disini ada yang tahu mengapa kita semua harus cuci tangan?. Karena tangan kita pasti sudah menyentuh banyak sekali benda-benda di luar sana, jika kita tidak cuci tangan kemudian kita menyentuh wajah kita, maka kuman dan bakteri yang ada di tangan kita bisa masuk dan menjadi sumber penyakit.”
“Cuci tangan yang benar juga harus memakai sabun ya Dik. Kenapa harus pakai sabun?. Karena tanpa menggunakan sabun kuman dan bakteri yang ada di tangan kita tidak akan hilang sepenuhnya.”
“Cuci tangan pakai sabun merupakan cara paling efektif untuk hidup sehat. Dengan cuci tangan pakai sabun, ratusan kuman penyakit yang ada di tangan kita akan mati. Dapat mencegah diare dan mencegah penyebaran bakteri dan virus dari tangan yang kotor.”
“Kapan sebaiknya kita harus mencuci tangan?. Kita sebaiknya cuci tangan setiap kali tangan kita kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, berkebun, dll), sebelum makan dan sesudah makan, setelah dari toilet (setelah buang air kecil dan buang air besar), sebelum melakukan kegiatan apapun yang memasukkan jari-jari ke dalam mulut, setelah menyentuh tanah, setelah mengusap hidung, batuk, dan bersin, setelah membuang sampah, setelah bermain dan berolahraga kita juga harus cuci tangan ya Dik”
“Adik-adik perlu ketahui juga bahwa manfaat cuci tangan itu sangat banyak, apa saja manfaatnya :”
Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan
Mencegah penularan penyakit seperti diare, disentri, kolera, thypus. Cacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut, flu burung, dll
Tangan menjadi bersih dan penampilan lebih menarik
Mengurangi resiko penularan penyakit
Menghindari masuknya kuman ke dalam tubuh
Menghilangkan bau yang melekat di tangan
Memberikan perasaan yang segar dan bersih
“Sekarang kita akan belajar langkah-langkah cuci tangan yang baik dan benar. Disini kakak akan mempraktekan langkah-langkahnya, adik-adik silahkan ikuti gerakan tangan Kakak ya”
“Pertama-tama basahi kedua telapak tangan dengan air mengalir, lalu usap dan gosokkan sabun dengan lembut pada kedua telapak tangan, karena sekarang kita masih latihan, anggap saja kita sudah memakai sabun dan air mengalir ya Dik”
“Kedua, gosok masing-masing punggung tangan secara bergantian”
“Ketiga, jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari”
“Keempat, kedua ujung jari (buku-buku jari) saling mengatup dan gosok secara bergantian”
“Kelima, gosok dan putar ibu jari secara bergantian”
“Keenam, gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian”
“Ketujuh, menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar dengan telapak tangan secara bergantian”
“Terakhir, bilas menggunakan air bersih yang mengalir”
“Sudah selesai, langkah-langkahnya cukup mudah ya Dik, adik adik bisa mencobanya di rumah masing-masing. Jangan lupa pakai sabun ya Dik.”
“Adik-adik juga bisa mengajarkannya kepada anggota keluarga adik di rumah, supaya keluarga adik terhindar dari berbagai kuman dan bakteri penyebab penyakit”

3. Fase Terminasi 

a. Evaluasi 

“Baiklah adik-adik, bagaimana tadi penjelasan dari Kakak-kakak? Sudah jelas? Apakah ada kesulitan? Apakah sulit untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari? Bagus sekali kalau begitu.”

b. Tindak Lanjut

“Baiklah dik, nanti adik-adik coba ingat lagi ya apa yang sudah kita bicarakan hari ini tentang mencuci tangan yang baik dan benar menggunakan sabun”
“Kakak harap ilmu yang tadi sudah kakak jelaskan mengenai cuci tangan pakai sabun bisa diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari kalian.”
“Apa saja tadi yang kita coba praktekan? Adik coba ingat ingat lagi ya ?”

c. Kontrak Yang Akan Datang 

“Baiklah dik, kita sudah mengobrol selama 1 jam mengenai bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar”.
“Adik-adik sekarang sudah tahu kalau cuci tangan itu sangat penting untuk menjaga kesehatan, jika kita tidak cuci tangan, lalu kuman dan bakteri yang ada di tangan kita masuk ke dalam tubuh, maka akan menjadi sumber penyakit”
“Bila ada kesempatan, kita bisa bertemu lagi untuk berbincang mengenai hal lainya”
“Untuk hari ini, Kakak-kakak mengucapkan terima kasih atas perhatian adik-adik disini.”
“Selamat pagi.”

Kamis, 18 Juni 2020

SOP PERAWATAN DAERAH GENITAL DAN PERINEAL WANITA

SOP PERAWATAN DAERAH GENITAL DAN PERINEAL WANITA

A. PENGERTIAN:
Membersihkan daerah kemaluan dan sekitarnya pada klien yang tidak dapat melakukannya sendiri.

B. TUJUAN:

  1. Menjaga kebersihan
  2. Mencegah infeksi
  3. Memberikan rasa nyaman pada klien


Hygiene Vulva (Perawatan Daerah Genital dan Perineal pada Wanita)

C. PERSIAPAN ALAT:

  1. Baskom mandi/botol cebok berisi air hangat dengan suhu air 410-430C
  2. Kom berisi kapas air hangat bersih
  3. Selimut mandi
  4. Cairan pembersih kemaluan khusus wanita (jika ada)
  5. Waslap 2 buah
  6. Pengalas
  7. Bedpan/pispot
  8. Bengkok
  9. Sarung tangan bersih dalam tempatnya
  10. Tisu kamar mandi
  11. Tempat pakaian kotor bertutup
  12. Scherm/sampiran (jika perlu)


D. PROSEDUR PELAKSANAAN:

  1. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
  2. Bawa alat ke dekat klien
  3. Tutup pintu dan jendela/tirai kamar klien
  4. Atur tempat tidur klien agar posisi kerja nyaman
  5. Cuci tangan
  6. Ganti selimut klien dengan selimut mandi.
  7. Atur posisi klien dorsal rekumben dan lepaskan pakaian bawah klien
  8. Pasang pengalas dan pispot di bawah bokong klien
  9. Siapkan botol cebok
  10. Gunakan sarung tangan pada tangan kiri
  11. Buka labia mayora kanan dan kiri dengan tangan yang menggunakan sarung tangan
  12. Siram dengan air hangat dari arah vulva ke perineal
  13. Angkat pispot dari bawah bokong klien
  14. Dekatkan kom berisi kapas air hangat dan bengkok di antara kedua kaki klien
  15. Gunakan sarung tangan pada tangan dominan
  16. Ambil kapas dengan tangan dominan secukupnya untuk mengusap genital (minimal 10 buah)
  17. Buka labia mayora seperti tadi
  18. Bersihkan daerah genital dengan mengusapkan kapas dari arah atas ke arah bawah (perineum), lakukan mulai dari bagian terluar, yaitu labia mayora kanan kemudian kiri, dilanjutkan labia minora kanan dan kiri, dan terahir usap bagian tengah genital. Lakukan masing-masing dengan 1 kapas dan sekali usap. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mengusap, dan lindungi kapas yang belum digunakan dengan jari yang lain. Ulangi sekali lagi mulai dari labia mayora kembali.
  19. Jika perlu, basuh dengan air hangat lagi kemudian keringkan dengan handuk/tisu kamar mandi
  20. Sisihkan kom dan bengkok
  21. Bantu klien untuk miring
  22. Bersihkan daerah anal dengan mengusap dari arah vagina ke anus dengan satu gosokan, ulangi dengan waslap bersih sampai bersih.
  23. Keringkan dengan handuk kecil/tisu kamar mandi
  24. Bantu klien untuk telentang
  25. Lepaskan sarung tangan
  26. Bantu klien mengenakan pakaian bawahnya, gulung pengalas
  27. Ganti selimut mandi dengan selimut tidur
  28. Rapikan dan atur posisi klien agar nyaman
  29. Tanyakan apakah pasien telah merasa nyaman dan bersih
  30. Bereskan alat-alat kemudian cuci tangan


E. PERHATIAN:

  1. Peralatan yang disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan klien
  2. Jika klien ingin BAB/BAK, siapkan peralatan seperti pada tindakan membantu eliminasi
  3. Prinsip perawatan genital dan perineal adalah bersih meskipun menggunakan sarung tangan. Fungsi sarung tangan lebih ke arah proteksi perawat.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MEMBERI MAKAN MELALUI NGT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MEMBERIKAN MAKAN MELALUI NGT (NASOGASTRIC TUBE)

A. PENGERTIAN :

Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.

B. TUJUAN :

  1. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien  
  2. Mempertahankan fungsi usus
  3. Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna
  4. Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan
  5. Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna


C. SASARAN :

  1. Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
  2. Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,misalnya klien dengan gangguan jiwa.
  3. Klien yang muntah terus-menerus
  4. Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
  5. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature


D. INDIKASI :

  1. Perdarahan GI (Gastrointestinal)
  2. Trauma multiple, pada dada dan abdomen
  3. Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
  4. Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
  5. Obstruksi saluran cerna


E. KONTRAINDIKASI :

  1. Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
  2. Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
  3. Kemungkinan Komplikasi:
  4. Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
  5. Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
  6. Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul
  7. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi


F. PROSEDUR

Persiapan Alat :

  1. Hanscoon
  2. Spuit dengan ukuran 20-50 cc
  3. Bengkok
  4. Stetoskop
  5. Strip indikator pH (kertas lakmus) jika diperlukan  
  6. Formula makanan selang yang diresepkan
  7. Makanan cair sesuai dengan kebutuhan dalam tempatnya, dengan ketentuan suhu makanan harus hangat sesuai suhu tubuh.
  8. Air matang (Hangat)
  9. Bila ada obat yang harus diberikan, dihaluskan terlebih dahulu dan dicampurkan dalam makanan/ air, diberikan terakhir.


Persiapan Klien :

  1. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
  2. Jaga privacy klien

Persiapan Perawat :
  1. Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
  2. Persiapkan peralatan yang akan digunakan.

Prosedur :
  1. Menerangkan prosedur pada klien
  2. Mencuci Tangan dan Memasang sarung tangan (Hanscoen)
  3. Klien tetap dalam posisi semi fowler tinggi atau dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30° atau lebih selama 30 menit setelah memberikan makan melalui selang
  4. Cek ketepatan selang di lambung, dengan cara:
  5. Buka klem NGT atau spuit NGT dan masukkan selang ke dalam gelas berisi air. Posisi tepay jika tidak ada gelembung udara
  6. Buka klem dan lakukan pengisapan/ aspirasi cairan lambung denganmenggunakan spuit NG. Cek cairan lambung dengan menggunakan strip indikator pH. Posisi tepat jika pH < 6.
  7. Buka klem dan cek dengan menggunakan stetoskop. Masukkan 30 cc udara dalam spuit NGT dan masukkan ke dalam lambung dengan gerakan cepat. Posisi tepat jika terdengar suara udara yang dimasukkan (seperti gelembung udara yang pecah)
  8. Setelah yakin  bahwa selang masuk ke lambung, Klem selang NGT selama pengisian makanan cair ke dalam spuit.
  9. Melalui corong masukkan air matang atau air teh sekurang-kurangnya 15 cc. Pada tahap permulaan, corong dimiringkan dan tuangkan makanan melalui pinggirnya. Setelah penuh, corong ditegakkan kembali.
  10. Klem dibuka perlahan-lahan
  11. Alirkan makanan cair dengan perlahan. Atur kecepatan dengan cara meninggikan spuit. Jika klien merasa tidak nyaman dengan lambungnya, klem selang NGT beberapa menit.
  12. Jika makanan cair akan habis, isi kembali (jangan biarkan udara masuk ke lambung)
  13. Bila klien harus minum obat, obat harus dilarutkan dan diberikan sebelum makanan habis.
  14. Setelah makanan habis, selang dibilas dengan air masak. Kemudian pangkal selang segera di klem.
  15. Rapikan Klien, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
  16. Mendokumentasikan prosedur: Catat jumlah dan jenis makanan, pastikan letak selang, patensi selang, respon klien terhadap makanan dan adanya efek merugikan
  17. Cuci tangan

Senin, 15 Juni 2020

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENGUKUR LINGKAR KEPALA (LIKA)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGUKURAN LINGKAR KEPALA
Pengertian
Mengukur lingkar kepala pasien
Tujuan
Mengetahui lingkar kepala pasien
Alat dan Bahan
1.     Alat dan grafik lingkar kepala
2.     Sarung tangan
3.     Alat tulis
4.     Buku catatan
Prosedur Pelaksanaan
Tahap Pra Interaksi :
1.     Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2.     Siapkan peralatan yang dibutuhkan
Tahap Orientasi :
1.     Memberi salam, panggil klien dengan namanya
2.     Jelaskan prosedur pada klien dan keluarganya
Tahap Kerja :
1.     Mencuci tangan
2.     Memakai sarung tangan
3.     Berikan kesempatan klien dan keluarganya dan meminta persetujuan
4.     Jaga privasi klien
5.     Lingkarkan alat pengukur kepala klien melewati dahi, menutupi atau diatas kedua telinga dan bagian belakang kepala menonjol, tarik agak kencang
6.     Baca angka pada pertemuan angka 0
7.     Tanyakan tangga lahir klien, hitung umur klien
8.     Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin klien
9.     Buat garis yang menghubungkan antara ukuran dulu dengan yang sekarang
10.  Menginformasikan hasil pengukuran
11.  Mencatat hasil pengukuran
12.  Rapihkan alat dan klien dan lepaskan sarung tangan
13.  Mencuci tangan
Tahap Terminasi :
1.     Evaluasi perasaan klien
2.     Simpulkan hasil kegiatan
3.     Akhiri kegiatan
4.     Dokumentasi
5.     Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien : waktu pengukuran dan respon klien



STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENGUKUR LINGKAR LENGAN (LiLA)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LiLA)
Pengertian
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA) adalah suatu kegiatan untuk mengetahui lingkar lengan atas seseorang dengan menggunakan alat ukur pita LiLA
Tujuan
1.     Menegetahui Lingkar Lengan Atas (LiLA) pasien
2.  Mengetahui resiko KEK WUS, baik Ibu hamil maupun calon Ibu untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi BBLR
3.  Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK
Alat dan Bahan
1.     Pita LiLA
2.     Alat tulis
3.     Buku catatan
Prosedur
Persiapan :
1.     Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
2.    Jika lengan pasien > 33cm, gunakan meteran kain
3.  Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada pasien bahwa petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri pasien sampai pangkal bahu. Bila pasien keberatan, minta izin pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang tertutup.
4.  Pasien diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta otot lengan tidak tegang
5.    Baju pada lengan kiri (lengan yang kurang dominan) disingsingkan ke atas sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup.

Pengukuran :
1.             Tentukan posisi pangkal bahu.
2.        Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah perut.
3.  Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada pasien). Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik nolnya.
4.             Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan pasien sesuai tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
5.               Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
6.                Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
7.     Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka yang lebih besar).







STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENGUKUR TINGGI BADAN (TB)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB)
Pengertian
Mengukur tinggi badan menggunakan alat pengukur tinggi badan
Tujuan
1.     Mengetahui berat badan pasien
2.     Menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh)
3.     Mengetahui status nutrisi
Alat dan Bahan
1.     Alat pengukur tinggi badan (Microtoise Staturmeter)
2.     Alat tulis
3.     Buku catatan
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan Alat ( Cara Memasang Microtoise Staturmeter)

  1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di dinding agar tegak lurus.
  2. Letakan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata).
  3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca menunjukkan angka 0 (NOL). Kemudian dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise.
  4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada posisisekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.


Prosedur Pengukuran Tinggi Badan Menggunakan Microtoise Staturmeter
1.     Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi hasil pengukuran.
2.     Pastikan alat geser berada di posisi atas.
3.     Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
4.     Posisi kepala dan bahu bagian belakang (punggung), pantat, betis dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang.
5.     Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas.
6.     Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala pasien. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala pasien. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada dinding.
7.  Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar(ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8.  Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
9.     Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm.







STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MENIMBANG BERAT BADAN (BB)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENIMBANGAN BERAT BADAN (BB)
Pengertian
Menimbang berat badan dengan menggunakan timbangan badan
Tujuan
1.     Mengetahui berat badan pasien
2.     Menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh)
3.     Mengetahui status nutrisi
Alat dan Bahan
1.     Timbangan berat badan
2.     Alat tulis
3.     Buku catatan
Prosedur Pelaksanaan
A.    Timbangan Berdiri
1.     Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien
2.     Memberitahu pasien untuk berdiri tegak dan tenang
3.     Memberikan handuk kertas di atas timbangan
4.     Memberitahu pasien untuk memakai baju yang tidak tebal dan melepas alas kaki
5.     Membantu pasien naik ke timbangan
6.     Mengatur ratio berat
7.     Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah depan tegak lurus dengan angka
8.     Mengiformasikan hasil pengukuran pada pasien.  
9.     Membantu pasien turun dari timbangan
10.  Kembalikan timbangan di posisi semula
11.  Mencatat hasil timbangan di buku catatan
B.    Timbangan Duduk
1.     Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien
2.     Mengajak pasien ke dekat timbangan
3.     Mengunci timbangan untuk mencegah timbangan bergerak
4.     Menempatkan timbangan di samping tempat tidur/kursi roda pasien dengan lengan kursi timbangan terbuka
5.     Memindahkan pasien ke atas timbangan
6.     Menutup lengan kursi timbangan ke depan dan kunci
7.     Mengukur berat badan
8.     Membuka kunci lengan kursi timbangan dan pindahkan pasien ke tempat tidur atau kursi roda
9.     Mencatat hasil timbangan di buku catatan
C.    Timbangan Tidur
1.     Menjelaskan prosedur tindakan kepada pasien
2.     Membawa pasien ke dekat timbangan dan kunci roda timbangannya
3.     Mengarahkan pasien di sisi timbangan
4.     Melepaskan kerangka pengaman
5.     Merendahkan strecer terhadap matras
6.     Mengangkat/memindahkan pasien ke atas timbangan
7.     Mengukur berat badan pasien
8.     Mengembalikan pasien ke posisi semula
9.     Mencatat hasil timbangan di buku catatan